Kingsman Golden Circle yang Aah Sudahlah...


Ada yang masih ingat dengan pertandingan antara Barcelona versus Chelsea di semifinal Liga Champions tahun 2012? Kala itu Barcelona harus mengejar ketertinggalan agregat untuk bisa lolos ke final. Maka apalagi yang bisa dilakukan selain terus menyerang. Yang terjadi malah gol Fernando Torres membungkam public Nou Camp. Pupus sudah harapan. Gondok memang, tapi mau bagaimana lagi. Tak ada yang bisa kita lakukan untuk mengubah hasil akhir. Chelsea lolos ke final dengan metode sepakbola negatifnya, dan surprisingly jadi jawara juga tahun itu.

Perasaan gondok, mangkel tapi berfikir yaa sudah lah itu mirip-mirip dengan yang saya alami sesudah nonton sekuel Kingsman Secret Service, bertajuk Golden Circle. Saya dan istri selalu berusaha menyiapkan waktu untuk we-time. Simple saja, makan bareng atau nonton bareng. Awalnya saya mencari jadwal Baby Driver atau American Made-nya Tom Cruise. Ternyata kedua film itu sudah tak ada lagi dalam jadwal. Ehh kok ndilalah malah Kingsman yang kedua sudah tayang. Otomatis jelas film ini jadi pilihan selanjutnya.

Kingsman Secret Service yang pertama tidak saya tonton di layar lebar. Bukan di bioskop, melainkan di kantor salah satu rekan saya di Bandung. Alih-alih kami membicarakan tentang rencana dummy software yang mau kami sodorkan kepada calon klien, yang ada teman saya malah menanyakan pendapat saya soal kualitas sound system yang ia punya.

“kereen gak suaranya? Coba kita test sambil nonton film ya…”, pertanyaan biadab dari teman saya disaat kami tengah dikejar deadline untuk menyiapkan bahan presentasi.

Film Kingsman I ini yang jadi kelinci percobaan. Dan memang kualitas sound system punya si teman oke punya. Kelanjutannya mudah ditebak, semudah menebak bahwa Kotaro Minami, sang Ksatria Baja Hitam itu pasti akan mengalahkan lawan-lawannya walaupun ia sudah terpojok, terjatuh dan kewalahan. Yupp, kami nonton Kingsman pertama dari awal sampai akhir. Akhir yang saya maksud disini sampai bagian credit yang memunculkan nama-nama pemainnya. Bukan, saya bukan mencari nama Taron Egerton si pemeran Eggsy. Tapi cari nama si manis Sofia Boutella, pemeran Gazelle algojo wanita yang mendampingi Valentine (Samuel L Jackson).

Brutal. Elegan. Entertaining. Itu kesan saya untuk Kingsman yang pertama. Saya setuju dengan pendapat yang mengatakan bahwa Kingsman I ini memadukan antara James Bond 007 dengan Kickass. I really love it!

Terlalu banyak faktor kejutan yang dihadirkan Matthew Vaugh di film ini. Klimaksnya, saya jatuh cinta pada adegan dimana Harry (Collin Firth) menggila, terlibat dalam adegan brutal saling bunuh di dalam sebuah gereja sebelum akhirnya ia ditembak Valentine tepat pada kepalanya. Boleh dikatakan adegan ini jadi killer scene, ‘killer’ dalam arti sesungguhnya maupun dalam arti kiasannya. Bahwa adegan ini sangat menghibur, dinikmati tiap detiknya dan dipadukan dengan soundtrack yang pas. Killer scene.

Adegan ini tidak saya temukan sama sekali dalam sekuelnya, Golden Circle. Kingsman yang kedua ini  lebih banyak menampilkan humor, adegan bunuh-bunuhan yang kurang lebih sama gokilnya dengan film pertama. Kemunculan kembali Harry-pun tak sanggup mendongkrak mood film ini, selain bahwa Harry masih terlalu sibuk mengembalikan reflek dan ketangguhannya akibat terlalu lama mengalami amnesia. Satu-satunya kemampuan Harry hanyalah instingnya dalam menebak adanya musuh dalam selimut. That’s all

Penampilan Channing Tatum (Agent Tequilla) disini pun agak mengecewakan. Wait, Channing hanya muncul dengan gaya western-nya, koboi sok jago saat menyambut Eggsy dan Merlin (Mark Strong) di Kentucky Amerika lalu kemudian didinginkan dalam lemari es sampai akhir film? What a waste

Padahal film ini dihiasi banyak bintang yang bertaburan. Dari mulai Julianne Moore, Halle Berry sampai Jeff Bridges. Tapi ya itu, perannya seakan kurang optimal. Julianne Moore sebagai Poppy Adams sudah cukup garang diawal tapi anti-klimaks. Psikopat, but not that psycho

Elton John pun terlalu dieksploitasi disini sampai-sampai istri saya yang tengah mengandung bilang, “eeh muncul terus doi…”. Entah, kalimat ini diungkapkannya sambil mengelus-elus perut buncit hamil 8 bulannya atau tidak.

Termasuk saya sempat berharap bisa menyaksikan aksi Halle Berry (Ginger) saat dia ngobrol berdua dengan Merlin di control room. Ternyata malah Merlin saja yang terjun ke lapangan, itu pun dalam durasi yang sangat singkat, sesingkat durasi saat kita buru-buru menyantap mie ayam gerobak abang-abang keliling karena kelaparan belum sarapan. Aduuhh sayang banget itu pisau keren senjatanya Merlin!

Maka jangan terlalu berharap pada film ini seperti saat mengharapkan cewek gebetan akan lumer hatinya saat menerima kejutan kado ulangtahun untuknya (bukan pengalaman pribadi). Film nya cukup menghibur tapi ya gitu aja. So- so lah …


Diakhir film saya juga tidak menunggu sampai bagian credit title muncul. Maklum, kebelet pipis. []

* source gambar : dnaindia.com

Comments

Popular Posts