1 Pekan Bersama Gaspar


Mungkin, atau bahkan hampir pasti anda punya pengalaman seperti saya. Pengalaman saat membeli buku yang sudah anda tunggu-tunggu tapi ternyata anda hanya mampu menyelesaikan setengahnya saja. Atau bahkan hanya seperempatnya. Dan ini terjadi karena kemunculan buku lain yang tampaknya lebih seksi untuk dieksekusi. Buku lain yang awalnya anda tidak sangka bakal menyukainya. Dan ini terjadi pada diri saya berulang-ulang.

“Makanya istriku, itulah salah satu sebab lemari buku seakan sudah tidak muat untuk menampung buku-buku baru yang terus berdatangan”. Ngeles dot com.

Kambing dan Hujan sukses menggeser karya penulis yang sebelumnya, Ulid. Padahal Ulid besutan Mahfud Ikhwan ini sudah berhasil saya nikmati sampai dengan halaman 311 dari total 538 halamannya. Apa menariknya soal Kambing (dan hujan) pikir saya. Mangan Ora Mangan Kumpul-nya Umar Khayam juga melakukan hal serupa. Kumpulan obrolan-obrolan sang majikan dengan asistennya, Mr. Rigen terlalu jenaka untuk dilewatkan. Akibatnya, Penghancuran Buku oleh Fernando Baez yang diterbitkan oleh Marjin Kiri terpaksa harus mengalah. Yang terakhir, nasib serupa dialami Tuhan Ijinkan Aku jadi Pelacur-nya salah satu penulis favorit saya, Muhidin M Dahlan. Dimensi buku yang mungil ditambah bobotnya yang pas masuk kedalam ransel sudah pasti menjadi favorit saya untuk menikmati perjalanan pergi-pulang kantor dengan moda transportasi commuter line. Tapi belakangan saya risi. Tiap membaca novel ini di kereta, pasti ada beberapa mata yang memicing mencoba membaca judul buku, lalu memandang sinis. Ngomong ke Tuhan kok minta jadi pelacur…buku nyeleneh ini pasti. Entahlah, mungkin itu yang ada di benak sang pemilik mata tadi.

Maka 24 jam Bersama Gaspar menjadi kandidat utama untuk teman perjalanan di kereta. Nyatanya, hanya sekali saya bawa serta Gaspar saat berdesakan bersama penumpang komuter lain. Sisanya saya selesaikan diluar kereta. Bahkan saat harus dinas keluar kota, tanpa ragu-ragu saya comot Gaspar dan menjejalkannya kedalam tas.

Tapi ada hal yang sepatutnya anda waspadai. Pikiran jahat itu menular. Saat sedang menyelesaikan beberapa halaman Gaspar di pesawat, saya menemukan 3 orang dengan berat badan similar disamping saya. Similar perawakannya, similar perut buncitnya dan seakan belum cukup dengan hal itu, mereka juga similar dalam hal guyonan dan candaannya. Similar garingnya. Ditambah lagi masing-masing dari mereka mengenakan ransel yang hampir sama size-nya dengan perut mereka , seakan hendak mengimbangi ukuran bagian depan. Saya baru menyadari hal ini saat tersenggol beberapa kali oleh tas punggung mereka ini. Rasanya saya ingin menjegal mereka lalu bersiul-siul pura-pura bodoh. See? Paragraf ini ditulis dalam pengaruh pikiran jahat Gaspar.

24 jam bersama Gaspar awalnya tidak menjadi incaran saya. Apa menariknya perihal rencana pencurian sebuah toko oleh sekelompok orang? Tampaknya saya sempat amnesia. Saya lupa bahwa saya sangat menikmati Ocean Eleven, Ocean Twelve dan Ocean Thirteen. Sampai-sampai saya berharap petualangan Danny Ocean terus sambung menyambung seperti halnya Fast & Furious. Lalu saya berpikiran realistis. Apa jadinya layar cinema yang penuh sesak dengan crew si Ocean yang terus bertambah.

24 jam bersama Gaspar awalnya tidak menarik perhatian saya. Apa menariknya cerita detektif. Tampaknya saya kembali amnesia. Saya kembali memutar ulang kaset rekaman di otak saya dan menemukan bahwa saya dulu begitu menggandrungi duet Hawkeye Collins dan Amy Adams-nya M. Masters dalam menyelesaikan beberapa kasus. Saya lupa bahwa saya sempat kesusahan memahami kisah-kisah Sherlock Holmes, tapi langsung kesengsem dengan tokoh ini saat Guy Ritchie menggarapnya dengan apik.

Novel detektif favorit masa kecil

24 jam bersama Gaspar awalnya berlalu begitu saja. Begitu banyak review yang lalu lalang di timeline tapi sama sekali tak menggugah minat saya. Siapa, Sabda Armandio? Saya hanya mengenalnya sebatas fakta bahwa ia adalah tokoh dibalik artistik Tirto. Dio juga sempat mencuri perhatian saya saat foto tattoo-nya muncul. Tattoo bilangan biner, satu nol nol satu nol nol satu satu nol dan seterusnya. Barisan bilangan yang membuat saya kesal saat kuliah dan sempat menyisakan pertanyaan. Manusia sudah sedemikian susahnya menemukan bahasa untuk saling memahami, kenapa juga sekarang susah payah menciptakan bahasa coding yang njlimet seperti itu? Tak bisakah manusia menciptakan piranti yang mampu merespon bahasa yang lebih human-friendly?

Pada akhirnya saya menjelma menjadi Agnes, yang awalnya selalu bersikap dingin kepada Gaspar tapi belakangan mulai membuka hatinya. Apa pasal? Yaa baca saja …

Tampaknya saya memang sudah terbius dan hanyut dalam karya-karya seputar sindiran dan satire. Sebelum Gaspar dan Cortazar datang, Animal Farm-nya George Orwell atau diterjemahkan menjadi Binatangisme oleh Mahbub Djunaedi saya selesaikan dengan singkat dan cepat. Ritme membaca yang sama saat saya merunut pembicaraan Gaspar dengan Agnes, Kik, Njet, Bu Tati dan Yadi. Obrolan-obrolan yang sepenerawangan saya cukup jenius dan sarat kritik.

Dan dipastikan saya jatuh hati dengan salah satu pesan dalam cerita Gaspar ini, ialah bahwa kejahatan seringkali dibalut dengan konsep kebaikan. Busuk. Dan saya menyelesaikan buku ini dalam waktu sepekan. Termasuk mencapai orgasme, klimaks membaca karya kedua mz Dio ini saat kedua tangan sejatinya sudah terasa pegal karena sesorean menyayat daging merah sapi kurban. Dan tentu saja ditutup dengan mendengarkan ulang On Melancholy Hill-nya Gorillaz. []

Comments

  1. Videoslots: Watch Videoslots.com Videoslots.com Videoslots | HD Video Search - Videoslots.com
    Play Videoslots videoslots on HDTV. Find videoslots.com videoslots, high youtube downloader quality content and get the best experience.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts